PorosKendari.com – Kisah seorang pejabat yang istrinya menjadi distributor pupuk subsidi dengan harga yang gila-gilaan membuat petani menjerit kesakitan. Sepertinya, mereka yang seharusnya menjadi pelindung rakyat, malah menjadi predator yang menghisap darah petani. Praktik ini menunjukkan bahwa pejabat tersebut lebih peduli dengan kantongnya sendiri daripada dengan nasib petani yang berjuang keras untuk meningkatkan produksi pertanian.
Dampak dari praktik ini sangat besar. Petani menjadi beban dengan harga pupuk yang tidak terjangkau, produksi pertanian menurun karena biaya produksi yang meningkat, dan petani semakin miskin dan terjebak dalam lingkaran kemiskinan. Publik berharap agar pihak berwenang segera mengusut tuntas kasus ini dan memberikan hukuman yang setimpal kepada mereka yang terlibat.
Tidak ada lagi kata-kata manis yang bisa menutupi kebobrokan ini. Yang dibutuhkan adalah tindakan nyata untuk melindungi petani dan memastikan bahwa pupuk subsidi dapat dinikmati oleh mereka yang benar-benar membutuhkan. Pemerintah harus bertindak cepat dengan mengusut tuntas kasus penjualan pupuk subsidi yang melanggar regulasi, memberikan hukuman yang setimpal kepada mereka yang terlibat, dan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam penyaluran pupuk subsidi.
Dengan demikian, petani dapat merasa aman dan terjamin dalam mengakses pupuk subsidi yang mereka butuhkan untuk meningkatkan produksi pertanian. Saatnya pemerintah menunjukkan komitmennya untuk melindungi petani dan meningkatkan kesejahteraan mereka, bukan malah membiarkan pejabat memanfaatkan kekuasaan untuk kepentingan pribadi.(Nirwansyah)